Pemuda dan Fenomena Cabe-Cabean
Pada masa itu, pemuda Indonesia tetap bersemangat untuk bisa memberikan kontribusi bagi tercapainya kemerdekaan walaupun tanpa dibekali modal harta kekayaan, bahkan tanpa fasilitas apapun. Semestinya kita, pemuda yang hidup di era modern saat ini, di mana kita sudah merdeka dan segala fasilitas telah tersedia, lebih mampu memberikan kontribusi yang lebih besar demi meneruskan cita-cita para pendahulu kita terhadap bangsa dan negara ini.
Di masa sekarang ini, sering kita melihat atau mendengar banyak pemuda Indonesia melakukan hal-hal yang buruk, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungannya. Jarang sekali kita melihat atau mendengar pemuda Indonesia melakukan hal-hal yang baik, terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya.
Perlu saya tekankan di sini mengapa saya menggunakan kata "baik" dan "buruk". Kata "baik" yang saya gunakan merujuk kepada sesuatu yang benar, bermoralitas tinggi dan berakhlak mulia, sejalan dengan norma, nilai, dan kebiasaan masyarakat. Kata "buruk" saya terjemahkan sebagai sesuatu yang tidak terpuji, terkutuk, melanggar norma, nilai, dan kebiasaan masyarakat.
Apa yang terjadi pada pemuda kita di masa kini? Apakah hal-hal yang baik sudah kalah oleh hal-hal yang buruk? Rentetan pertanyaan yang selalu berdengung di telinga kita, pemuda generasi penerus bangsa.
Dalam
beberapa waktu terakhir, istilah "cabe-cabean" sedang ramai dibicarakan
Setelah istilah alay, jablay, dan lebay, kini fenomena cabe-cabean
muncul. Seperti istilah-istilah sebelumnya, orang yang pertama
memunculkan istilah ini tidak diketahui. Istilah yang muncul di akhir
tahun 2013 ini seakan mencerminkan keadaan psikologis remaja yang kian
membutuhkan banyak perhatian.
Cabe-cabean adalah sebutan bagi remaja putri yang senang keluyuran malam dan nongkrong di balapan liar.
Sementara terong-terongan terjadi pada remaja pria disebut dengan fenomena terong-terongan. Biasanya remaja pria ini senang dengan kehidupan malam, suka tawuran, dan menghisap ganja.
Cabe-cabean adalah sebutan bagi remaja putri yang senang keluyuran malam dan nongkrong di balapan liar.
Sementara terong-terongan terjadi pada remaja pria disebut dengan fenomena terong-terongan. Biasanya remaja pria ini senang dengan kehidupan malam, suka tawuran, dan menghisap ganja.
Berikut cara mengenal atau mengidentifikasi Gadis Cabe-cabean.
3B: Behel, Blackberry dan Berponi
Ciri
untuk mengenali Gadis Cabe-cabean dan Terong-terongan adalah 3B, Behel,
Blackberry dan Berponi. Behel yang asalnya digunakan untuk merapikan
gigi bagi mereka behel hanya sekedar gaya. Nekatnya lagi mereka memakai
behel ala kadaranya saja tidak melalui konsultasi dokter gigi, maklum
konsultasi ke dokter gigi cukup mahal. B yang kedua adalah Blackberry
bagi mereka Blackberry dipakai untuk gaya dan sekedar update status BBM
tanpa memahami apa kegunaan asli Blackberry.
Make up salah waktu, kadang muka lebih putih dari leher. Model
make up gadis cabe-cabean terkesan dipaksakan. Saking ngebetnya pengen
makeup berlebih dan tidak jarang kulit muka berbeda dengan warna kutil
leher dan badan.
Boncengan bertiga, sambil main HP, ngebut buat cari perhatian
Diantara sekian ciri yang disebutkan diatas, ciri yang satu ini terbilang cukup berbahaya, mereka suka berkendara sepeda motor dengan membonceng lebih dari dua orang, misalnya tiga orang, bisa juga sampai empat orang, jangan ditiru!. Alih-alih membawa motor dengan hati-hati, mereka justru doyan ngebut dengan harapan dianggap keren oleh orang yang melihatnya. Lucunya lagi, gadis cabe-cabean kerap kali melewati segerombolan pria nongkrong dengan memacu kencang motornya demi menarik perhatian.
Diantara sekian ciri yang disebutkan diatas, ciri yang satu ini terbilang cukup berbahaya, mereka suka berkendara sepeda motor dengan membonceng lebih dari dua orang, misalnya tiga orang, bisa juga sampai empat orang, jangan ditiru!. Alih-alih membawa motor dengan hati-hati, mereka justru doyan ngebut dengan harapan dianggap keren oleh orang yang melihatnya. Lucunya lagi, gadis cabe-cabean kerap kali melewati segerombolan pria nongkrong dengan memacu kencang motornya demi menarik perhatian.
Enggak pernah mengaku cabe
Gadis cabe-cabean tidak pernah mengakui dirinya sendiri.
Kegiatan wajib hari ini: update status
Kegiatan
wajib yang tidak boleh terlewat dari gadis cabe-cabean adalah update
status di media sosial dan instant messaging. Bahkan biasanya memberi
kabar yang penting seakan banyak orang yang peduli. Belum lagi pemakaian
kata-kata yang berlebihan dengan susunan huruf angka dicampur.
Pacaran di sembarang tempat
Mereka
akan banyak “bertebaran” di keramaian, kadang bersembunyi di
tempat-tempat gelap. Mereka dengan santai memarkir motor di pinggiran
jembatan layang dan duduk berdempet dengan sang kekasih sambil menikmati
lampu malam kota.
Pasang foto editan
Di
foto profil Facebook atau Avatar Twitter akan terlihat cantik, saat
ditemui akan jauh berbeda. Mereka seringkali mengedit foto diri menjadi
lebih putih, lebih mulus dan lebih imut demi menarik perhatian lawan
jenis dan agar bisa bertemu.
Berbaju Minim di Banyak Tempat
Seperti
ditulis kapanlagi.com, Jumat (27/12/2013), baju ketat dan celana pendek
adalah ciri khas gadis cabe-cabean terutama jika naik sepeda motor.
Memamerkan paha mereka adalah hal yang biasa. Kerap kali gadis
cabe-cabean begitu percaya diri memakai baju serba minim dan ketat
meskipun tidak cocok.
Penyebab adanya Gadis Cabe-cabean dan Terong-terongan
Banyak faktor yang menyebabkan fenomena ini muncul. Setidaknya ada tiga faktor utama yang memiliki andil khusus.
Pertama, faktor media. Tak
dapat dipungkiri, tayangan di televisi tidak banyak memberikan tuntunan
yang mendidik dan membangun. Khususnya pada segmen remaja. Gaya hidup
yang diperlihatkan dalam sinetron-sinetron atau drama-drama impor
sedikit banyak mempengaruhi remaja kita untuk menirunya. Lihat saja
bagaimana cara berpakaian dan gaya hidup mereka dijiplak habis oleh
remaja putri dalam komunitas cabe-cabean ini.
Kedua adalah faktor keluarga, dalam
hal ini adalah orang tua. Pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak
tidak boleh lepas begitu saja. Kebutuhan seorang anak tidak hanya
sekedar materi namun juga kasih sayang dan perhatian. Salah satu mengapa
fenomena ini muncul adalah banyaknya remaja-remaja broken home yang
mencari pelampiasan dengan cara-cara negatif.
Ketiga, faktor lingkungan. Lingkungan terdekat dari remaja adalah sekolah dan teman-teman bergaulnya.
Komentar Kak Seto (psikolog anak)
Kak Seto menegaskan cabe cabean adalah fenomena yang umum terjadi. “Usia muda sekitar SMP SMA itu karena hasrat seksual libidonya itu tinggi. Karena banyak ditahan perasaannya sehingga mereka menyalurkannya ke perilaku berisiko seperti cabe-cabean,” kata Kak Seto
Kak Seto menegaskan cabe cabean adalah fenomena yang umum terjadi. “Usia muda sekitar SMP SMA itu karena hasrat seksual libidonya itu tinggi. Karena banyak ditahan perasaannya sehingga mereka menyalurkannya ke perilaku berisiko seperti cabe-cabean,” kata Kak Seto
Untuk
menghindari hal tersebut Kak Seto menyarankan orangtua perlu
menyalurkan perasaan terpendam lewat hal-hal positif. “Seharusnya orang
tua cabe-cabean itu menyalurkan emosi anaknya dengan melibatkan anak ke
hal-hal positif misalnya ikut les. Libatkan mereka ke dalam kegiatan
positif selain itu kasih sayang dan perhatian jangan sampai berkurang.
Sesibuk-sibuknya orangtua harus tetap memperhatikan dan mencurahkan
kasih sayang,” ujarnya.
Cabe-cabean
ini dikenal pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Usia belasan tahun inilah yang dikenal dengan usia
rawan akan pengaruh dari luar dirinya. Oleh karena itu, keluarga
berperan sangat penting dalam perkembangan psikologis remaja. Apa lagi
dalam usia rawan ini, mereka sedang membutuhkan perhatian dan bimbingan
dari orang-orang terdekatnya seperti orang tua.Peran orang tua sebagai pembimbing di sini sangat berpengaruh terhadap perkembangan diri anak mereka. Jika orang tua memberikan bimbingan dan perhatian yang cukup, maka anak-anak remaja mereka akan terhindar dari kebiasaan-kebiasaan jelek. Fenomena cabe-cabean ini dapat menjadi satu contoh kurangnya perhatian dan didikan orang tua.
Bapak psikologi remaja Stanley Hall mengemukakan masa remaja sebagai masa badai dan tekanan (storm and stress), di mana remaja menghadapi tekanan dan berbagai permasalahan terkait psikis, fisiologis, dan sosial. Cabe-cabean yang sekarang marak diperbincangkan adalah satu contoh dari permasalahan sosial remaja.
Pengawasan remaja yang dilakukan oleh orang dewasa kini sudah sangat sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena lingkungan pergaulan remaja yang sudah meluas. Ketika orang tua memberikan berbagai peraturan yang bentuknya mengekang anak mereka, sedangkan di satu sisi mereka juga telah mengalami persoalan-persoalan moral. Di antaranya, dengan teman sebaya, pacar, lingkungan sekolah, pemikiran idealis, dan harapan-harapan yang tidak tercapai.
Faktor-faktor inilah yang menjadikan mereka keluar dari norma-norma yang telah diberikan oleh keluarganya. Mereka mulai menjadi penentang orang tua dan sulit diatur. Lalu cabe-cabean ini muncul sebagai bentuk permasalahan remaja yang berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.
Dengan begitu, orang tua diharapkan mampu untuk lebih bersabar dalam mendidik anak-anak mereka yang menginjak masa remaja. Juga, orang tua harus mempunyai pemahaman yang baik atas perubahan perilaku anak mereka yang menginjak usia remaja, agar perubahan perilaku tersebut dapat diatasi dengan baik.
Kita
semua sepakat bahwa fenomena ini perlu mendapatkan perhatian. Tak ada
yang menginginkan generasi muda Indonesia menjadi generasi yang hidupnya
sia-sia. Di sisi lain masa remaja menyimpan potensi yang sangat besar
untuk pembentukkan karakter di usia dewasa. Banyak peran yang bisa kita
lakukan dan kita bisa mulai bergerak dari sekarang.
Pertama, peran keluarga. Dari
keluargalah penanaman nilai-nilai agama dimulai. Anak-anak disadarkan
bahwa dia diciptakan di dunia ini dengan tujuan khusus, yakni taqwa.
Orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Kedua, lingkungan. Masyarakat
perlu ikut andil dalam menjaga lingkungan sekitarnya dari hal-hal
semacam ini. Sikap individualis dan apatis harus dibuang jauh. Tindakkan
amar ma’ruf nahyi mungkar tak boleh disepelekan.
Ketiga, peran negara.
Perlu ada regulasi atau kebijakan yang menjaga remaja kita. Dari mulai
siaran media, lingkungan, pendidikan, dsb. Jangan sampai kondisi seperti
ini dibiarkan berlarut-larut.
Kesimpulan : Jadi menurut saya peran orang tua sebagai pembimbing di sini sangat berpengaruh terhadap perkembangan diri anak mereka. Jika orang tua memberikan bimbingan dan perhatian yang cukup, maka anak-anak remaja mereka akan terhindar dari kebiasaan-kebiasaan jelek. Fenomena cabe-cabean ini dapat menjadi satu contoh kurangnya perhatian dan didikan orang tua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar