Senin, 06 November 2017
TUGAS JURNAL
TUGAS SOFTSKILL GETARAN MEKANIK
Performa (2009) Vol. 8, No.2: 56-64
Hubungan Getaran Mekanik Terhadap Frekuensi Tekanan Pada
Stump Dari 2 Model Prosthetic Atas Lutut
Lobes Herdiman1
Laboratorium
Perencanaan dan Perancangan Produk Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta
![]() |
Abstrak
Siklus berjalan umum dibagi menjadi
dua fase, pertama cara berdiri atau tahap menahan beban dan tahap mengayun.
Tahap cara berdiri dimulai pada jari kaki diam dan berakhir pada kontak tumit.
Kedua kaki secara simultan berkontak dengan permukaan jalan dengan kira-kira
25% siklus two-step lengkap, bagian dari siklus ini didesain sebagai fase
double-support. Pada saat berjalan antara fase single support dan double
support, maka timbul getaran mekanik terutama bagi pengguna prosthetic. Getaran
mekanik ini muncul pada prosthetic kaki dan selanjutnya mempengaruhi tekanan
pada stump dengan frekuensi tekanan secara terus menerus berulang.
Pengujian getaran mekanik pada
prosthetic endoskeletal pada kecepatan 1,2 m/s2 untuk 28 detik/100
meter menunjukan mulai tidak stabil sampai dengan akhir jarak tempuh. Pada
prosthetic eksoskeletal pada kecepatan 1,2 m/s2; 1,6 m/s2
dan 2,0 m/s2 sejak dari awal menunjukan sudah tidak stabil sampai
dengan akhir dari jarak tempuh. Perulangan tekanan pada otot stump berdasarkan
lamanya waktu tekanan terhadap frekuensi tekanan, frekuensi 100 Hz meskipun
terjadi perulangan tekanan, tetap memberikan dampak rasa nyaman pada stump.
Keywords : Prosthetics atas lutut, getaran mekanik, muscle nerve pada stump
![]() |
1. Pendahuluan
Daya penggerak manusia melibatkan perubahan beberapa
urutan gerakan yang terkendali dan gerakan angular
yang terkoordinasi, menghasilkan kerjasama simultan dari beragam gerakan
ekstrim, menjadi sebuah gerakan halus untuk pusat gravitasi tubuh. Ada dua fase
penting dalam gerakan jalan yaitu fase berdiri (stance phase) dan fase mengayun (swing phase). Kaki berada pada fase berdiri saat kaki menapak atau
bersinggungan dengan lantai, sedangkan kaki berada pada fase mengayun adalah
pada saat kaki tidak bersinggungan dengan lantai. Pada fase ini berat badan
ditransfer ke 2 kaki. Fase ini relatif sebentar dibandingkan fase yang lain.
Perbandingan relatif untuk fase berdiri, mengayun, double support adalah 60%, 40% dan 20%.
Pada saat kaki berjalan dimana kaki mengalami proses
menapak, mengayun, mengarahkan dan menapak. Langkah gerakan berjalan ini
terutama sangat dirasakan bagi pengguna prosthetic
kaki. Akibat dari gaya yang ditimbulkan pada saat berjalan mempengaruhi
gaya yang bekerja fase single support dan
fase double support untuk kaki normal
(kaki yang tidak cacat) dan kaki prosthetic
(kaki yang cacat), sehingga segmen tubuh di sendi ankle dan sendi hip harus
senantiasa dipertahankan kerjasama yang simultan. Kondisi ini menuntut titik
tumpuan dari persendian segmen tubuh di sendi knee untuk menjaga keseimbangan antara kaki normal dengan kaki prosthetic. Kondisi lain sudut pada prosthetic kaki masih belum menunjukkan
kemampuan untuk dikendalikan dalam berjalan.
![]() |
Pengaruh belum adanya kemampuan untuk dikendalikan
pada saat berjalan, maka timbul getaran mekanik pada prosthetic kaki terhadap stump
dengan frekuensi tekanan secara terus menerus berulang pada saat penguna
berjalan. Tekanan yang berulang pada stump
menimbulkan efek dari beban inersial dari permukaan muscle antara residual limb dan
trans-tibial prosthetic ini.
2. Metode Penelitian
Pembahasan hubungan getaran mekanik
terhadap frekuensi tekanan
pada stump dari 2 model prosthetic atas lutut dapat diuraikan
pada gambar 1 dibawah ini.
![]() |
Gambar 1. Metodologi penelitian
Getaran didefinisikan sebagai gerak osilasi dari
sistem mekanik di sekitar titik atau posisi seimbang. Getaran terjadi karena
adanya gaya yang berulang. Getaran sangat tidak diinginkan karena mengangu
kenyamanan bahkan merusak kualitas kontruksi alat. Meredam getaran pada
dasarnya dapat dilakukan dengan meminimalkan gaya-gaya eksistansi akan tetapi
dapat juga dilakukan dengan memasang sistem peredam. Mesin dengan ukuran kecil
dengan daya kurang dari sama dengan suplay daya 15 Kw, dikategorikan aman pada
getaran pada nilai 0 mm/s sampai dengan 0,71 mm/s. Pada nilai 0,72 mm/s sampai
dengan 4,5 mm/s getaran pada mesin ini sudah digolongkan pada level II dan III
dan diperlukan perbaikan. Getaran di atas 4,5 mm/s pada mesin ini sudah dikategorikan
berbahaya dan perlu penanganan segera.
Tabel 1. Getaran
pada mesin 15 Kw (Vibration meter ISO 2372)
Good
|
0
to 0,71 mm/s
|
Acceptable
|
0,72
to 1,80 mm/s
|
Still
permissible
|
1,81
to 4,5 mm/s
|
Dangerous
|
>
4,5 mm/s
|
Pengukuran muscle
nerve pada stump pengguna prosthetic dilakukan untuk mengetahui
frekuensi tekanan yang masuk ke stump pada
saat berjalan normal. Pengguna prosthetic
berjalan, stump didudukan pada socket sedemikan sehingga menjadikan stump mengalami tekanan dari socket. Lambat laun tekanan socket terhadap stump ini juga menimbulkan truama baru, baik pengecilan pada bidang
stump atau pembesaran pada bidang stump. Stimulator muscle nerve membantu untuk mengukur frekuensi tekanan
pada stump, sehingga diketahui berapa
besar tekanan bidang otot yang masih dapat ditoleransi oleh stump.
3. Hasil Penelitian
Hubungan getaran mekanik terhadap frekuensi tekanan
pada stump dari 2 model prosthetic atas lutut dengan cara
mengujikan langsung pada pengguna prosthetic
yang meliputi mengkaji pengaruh getaran mekanik pada saat berjalan, dan
mengkaji muscle nerve pada stump dari pengguna prosthetic atas lutut secara berulang-ulang pada saat berjalan.
a. Pengaruh getaran mekanik pada saat berjalan.
Pengujian getaran mekanik pada model prosthetic kaki atas lutut dari
endoskeletal dan eksoskeletal, dilakukan untuk mengukur seberapa besar getaran
yang ditimbulkan oleh ke dua jenis prosthetic
ini saat berjalan. Pengukuran getaran mekanis dengan cara mengekuivalenkan
pada standar getaran mesin sebesar 15 Kw.
![]() |
![]() |
Gambar 2. Pengujian getaran mekanik pada ke dua model prosthetic
Pengukuran getaran mekanik dilaksanakan per 100 meter
dengan berbagai variasi kecepatan mulai dari 1,2 m/s2, 1,6 m/s2
dan 2,0 m/s2 pada running belt,
sedangkan waktu terlama yang diperlukan selama 30,5 detik. Pembahasan lebih
lanjut getaran mekanik pada ke dua prosthetic
kaki diuraikan penjelasannya seperti dibawah ini.
1) Getaran mekanik pada model prosthetic endoskeletal,
Pengujian pertama dilakukan pada
kecepatan 1,2 m/s2 dengan jarak tempuh sejauh
100 meter dengan lamanya waktu tempuh selama 30,5 detik, pengujian ke dua
pada kecepatan 1,6 m/s2 dengan lamanya waktu tempuh selama 22,5
detik, dan pengujian ke tiga pada kecepatan 2,0 m/s2 dengan lamanya waktu
tempuh selama 18,0 detik. Hasil dari pengujian getaran ini selanjutnya di buat
grafik getaran mekanis, agar dapat disimpulkan sejauhmana memberikan kenyamanan
bagi pengguna dengan kecilnya getaran mekanik yang diterima oleh prosthetic kaki dan juga dapat terlihat
kestabilan prosthetic atas getaran
pada berbagai kecepatan.

|
|
|
Tabel 1. Getaran
mekanik pada model prosthetic endoskeletal
![]() |
![]() |
||
Lanjutan Tabel 1.
Setelah proses pencatatan dari data getaran mekanik yang terukur pada
tabel 1 di atas, selanjutnya dibuat grafik agar dapat diperoleh kesimpulan
mengenai getaran mekanik yang terjadi pada prosthetic
endoskeletal pada jarak 100 meter berjalan normal.
![]() |
Gambar 3. Grafik getaran mekanik pada model prosthetic endoskeletal
Karakteristik getaran mekanik yang terjadi pada prosthetic endoskeletal menunjukan pada kecepatan 1,2 m/s2
untuk 28 detik/100 meter mulai tidak stabil sampai dengan akhir jarak tempuh.
Sedangkan kecepatan 1,6 m/s2 dan 2,0 m/s2 mulai dari awal
menunjukan kurang stabil sampai dengan akhir jarak tempuh.
2) Getaran mekanik pada model prosthetic eksoskeletal,
Pengujian pertama
dilakukan pada kecepatan
1,2 m/s2 dengan
jarak tempuh sejauh
100 meter dengan lamanya waktu tempuh selama 30,5 detik, pengujian ke dua
pada kecepatan 1,6 m/s2 dengan lamanya waktu tempuh selama 22,5
detik, dan pengujian ke tiga pada
kecepatan 2,0 m/s2 dengan
lamanya waktu tempuh
selama 18,0 detik.
Hasil dari
pengujian getaran ini selanjutnya di buat grafik getaran mekanis, agar
dapat disimpulkan sejauhmana memberikan kenyamanan bagi pengguna.

|
|
|
Tabel 2. Getaran
mekanik pada model prosthetic eksoskeletal
Setelah proses pencatatan dari data getaran mekanik yang terukur pada
tabel 2 di atas, selanjutnya dibuat grafik agar dapat diperoleh kesimpulan
mengenai getaran mekanik yang terjadi pada prosthetic
eksoskeletal pada jarak 100 meter berjalan normal. Karakteristik getaran
mekanik yang terjadi
pada prosthetic eksoskeletal menunjukan pada
kecepatan 1,2 m/s2,
1,6 m/s2 dan 2,0 m/s2 mulai dari awal sudah tidak stabil
sampai dengan akhir jarak tempuh. Getaran yang terima prosthetic eksoskeletal dengan sistem joint prosthetic yang bersifat rigid,
sehingga menimbulkan dampak pada getaran mekanik cenderung tinggi. Rancangan
atas desain prosthetic tidak
mempertimbangkan getaran yang ditimbulkan pada saat menapak pada permukaan tanah dan ditambah adanya perlakuan
kecepatan terhadap masing- masing jarak tempuh. Sehingga perlu adanya bahan prosthetic atau mekanisme prosthetic yang berfungsi sebagai
peredam getaran mekanis yang ditimbulkan pada saat berjalan normal.

Gambar 4. Grafik getaran mekanik pada model prosthetic eksoskeletal
Dapat dilihat dari gambar 4 untuk prosthetic
eksoskeletal kurang merekomendasikan untuk beberapa kecepatan dan digunakan
untuk jalan lebih baik, hal ini terlihat dari grafik getaran yang ditimbulkan
cukup tinggi dan kurang memberikan kestabilan pada saat berjalan.
b. Pengaruh muscle nerve pada stump saat berjalan.
Pengukuran tekanan pada stump dibagi
menjadi tekanan dengan
frekuensi 50 Hz, 100 Hz dan 250 Hz. Tekanan pada stump dilakukan untuk mengetahui stimulan muscle nerve pada otot yang
menerima tekanan yang berulang-ulang. Perulangan tekanan pada otot stump berdasarkan lamanya waktu tekanan.
![]() |
Gambar 5. Pengukuran pada tekanan muscle nerve pada stump
Pengukuran pada tekanan stump dilakukan dengan cara pengguna jalan normal pada running belt dengan kecepatan rendah
sekitar 1,2 km/jam selama 6 menit pengamatan dengan dwell time atau penjedaan waktu tekanan pada stump selama 30 detik. Sedangkan, data pengukuran merupakan data
hasil waktu dari intensitas 10 denyut nadi per satuan waktu dan dapat dijelaskan
seperti dibawah ini.
· Tekanan dengan frekuensi 50 Hz,
Hasil dari frekuensi tekanan pada stump dengan frekuensi 50 Hz saat berjalan normal menunjukan grafik
sinus setinggi 5 m/s, artinya tekanan stump
pada posisi socket sedikit longgar
dengan intensitas tekanan rendah.
![]() |
![]() |
||
Gambar 6. Gelombang sinus pada osiloscope dengan frekuensi 50 Hz
· Tekanan dengan frekuensi 100 Hz,
Hasil dari frekuensi tekanan pada stump
dengan frekuensi 100 Hz saat berjalan normal menunjukan grafik sinus setinggi
9 m/s, artinya tekanan stump pada
posisi socket lebih ketat dengan
intensitas tekanan tinggi.
![]() |
![]() |
||
Gambar 7. Gelombang sinus pada osiloscope dengan frekuensi 100 Hz
· Tekanan dengan frekuensi 250 Hz,
Hasil dari frekuensi tekanan pada stump
dengan frekuensi 250 Hz saat berjalan normal menunjukan grafik sinus
setinggi 3 m/s, artinya tekanan stump pada
posisi socket lebih ketat dengan
intensitas tekanan lebih tinggi.
![]() |
![]() |
||
Gambar 8. Gelombang sinus pada osiloscop dengan frekuensi 250 Hz
Tiap-tiap tekanan pada stump dicatat waktu tekanan melalui denyut nadi tangan pengguna prosthetic berdasarkan 10 denyut per
satuan waktu, hasilnya dicatat dan ditabulasikan seperti pada tabel 3 dibawah
ini.

|
|
Tabel 3. Pengukuran
muscle nerve pada denyut nadi pengguna prosthetic
![]() |
Hasil dari frekuensi tekanan pada stump dengan waktu yang tercatat ditabulasikan dan selanjutnya digrafikan yang hasilnya dapat dilihat pada gambar 9 dibawah ini.
Gambar
9. Grafik muscle nerve pada stump
Gambar 9 menjelaskan frekuensi tekanan stump sebesar 50 Hz menunjukan bilamana
terjadi perulangan tekanan, memberikan dampak rasa nyeri pada stump. Sebaliknya, frekuensi sebesar 100
Hz menunjukan bilamana terjadi perulangan tekanan, memberikan dampak rasa
nyaman pada stump. Sedangkan,
frekuensi sebesar 250 Hz menunjukan bilamana terjadi perulangan tekanan,
memberikan dampak rasa terjepit pada stump
yang muncul pada periode waktu tertentu.
Hasil simulasi kondisi pada friction atau slip boundary antara
stump dan socket, secara langsung kontak permukaan ke permukaaan yang
digunakan. Prediksi hasil yang menunjukan bahwa tekanan permukaan yang diterima
dan tegangan geser serupa dengan bentuk gelombang double-peak pada fase stance.

Gambar 10. Bidang tekanan pada socket dalam 1 siklus gerakan
berjalan
4. Kesimpulan
Getaran mekanik yang terjadi pada
prosthetic endoskeletal pada
kecepatan 1,2 m/s2 untuk
28 detik/100 meter menunjukan mulai tidak stabil sampai dengan akhir
jarak tempuh. Sedangkan kecepatan 1,6 m/s2 dan 2,0 m/s2
dari sejak awal menunjukan sudah tidak stabil sampai dengan akhir jarak tempuh.
Sedangkan pada prosthetic eksoskeletal pada kecepatan 1,2 m/s2; 1,6 m/s2 dan
2,0 m/s2 sejak dari awal menunjukan sudah tidak stabil sampai dengan
akhir dari jarak tempuh.
Perulangan tekanan pada otot stump berdasarkan lamanya waktu tekanan terhadap frekuensi tekanan,
frekuensi 250 Hz saat berjalan normal menunjukan grafik sinus setinggi 8 m/s, artinya tekanan stump pada posisi socket lebih ketat dengan intensitas tekanan lebih tinggi. Pada
saat tekanan dengan frekuensi sebesar 100 Hz meskipun terjadi perulangan
tekanan, tetap memberikan dampak rasa nyaman pada stump.
Daftar Pustaka
Andrian, M. and Cooper, J.M. (1985), Biomechanics of Human Movement, Brown
and Bencmark, Iowa.
Craik R.L. and Oatis C.A. (1995), Gait Analysis: Theory and Application. Mosby Company, Toronto.
Kimara, J. (1983), Electrodiagnosis
Diseases For Nerve And Muscle. Printed in the United States of America,
F.A. Davis/ Philadelphia, Chief Division of Clinical Electrophysiology
Department of Neurology The University of IOWA College of Medicine IOWA City,
IOWA.
Winter, D.A. (1990), Biomechanics And Motor Control Of Human Movement. 2nd
ed., A Wiley Interscience Publication John Wiley & Sons Inc., Printed in
the United States of America, New York.
Xiaohong, J., Ming, Z., and Winson C.C.L. (2003),
Orthotics and Prosthetics National Office Outcomes Tool (OPOT): Initial Reliability
and Validity Assessment for Lower Extremity Prosthetics, Journal Biomechanics Vol. 42, No. 8.
Xiaohong, J., Ming, Z., and Winson C.C.L, (2003), Load
Transfer Mechanics Between Trans- Tibial Prosthetic Socket and Residual
Limb-Dynamic Effects, Journal of
Biomechanics, Vol. 37, No. 9, pp:1371-1377.
Yark, H.J., Nielsen, D.H., and Shurr, D.G. (1997),
Kinetic Patterns During Stair Ascent in Patients with Transtibial Amputations
Using Three Different Prostheses, Journal
Of Rehabilitation Research And Development Vol. 32, No. 8.
SUMBER
: http://utusanmamah.blogspot.co.id/2017/11/tugas-softskill-getaran-mekanik.html
Langganan:
Postingan (Atom)