Selasa, 27 Maret 2018

Tugas Teknik Perawatan Mesin

Nama: Teguh Yulianto
NPM : 26415848
Kelas :3IC06



FUNGSI DEPARTEMENT (MAINTENANCE AND REPAIR)
          Apa itu pemeliharaan (maintenance) mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara bagian pemeliharaan dan bagian produksi. karena bagian pemeliharaan dianggap yang memboroskan biaya, sedang bagian produksi merasa yang merusakkan tetapi juga yang membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan mesin. Apa itu pemeliharaan. Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani  terein artinya merawat, menjaga dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa  pakai dan kegagalan/kerusakan mesin. (Setiawan F.D, 2008 ).
Pengertian Pemeliharaan (maintenance) Menurut Para Ahli
1.      Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “operations Management ” pemeliharaan adalah : “ all activities involved in keeping a system’s equipment in working order”. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik.
2.      Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya “Production Management ” pemeliharaan ( maintenance ) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).
3.      Menurut Sofy an Assauri (2004)pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan perusahaan agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan yang telah direncanakan dengan hasil produk yang berkualitas. Kurang diperhatikannya Pemeliharaan (maintenance) diantaranya disebabkan oleh banyaknya dana yang dibutuhkan, dan rumitnya tugas Pemeliharaan (maintenance) Namun bagi kegiatan operasi perusahaan, maintenance sudah menjadi dwi fungsi, yaitu pelaksanaan dan kesadaran untuk melakukan pemeliharaan terhadap alat produksi.
Tujuan Pemeliharaan (maintenance)
Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian lainnya bagi suatu pabrik adalah pemeliharaan ( maintenance ) murah sedangkan perbaikan ( repair ) mahal. (Setiawan F.D, 2008). Menurut Daryus A, (2008) dalam bukunya manajemen pemeliharaan mesin Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:
Untuk memperpanjang kegunaan asset,
Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,
Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
Sedangkan Menurut Sofyan Assauri, 2004, tujuan pemeliharaan yaitu :
Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi,
Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu,
Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas dan menjaga modal yang di investasikan tersebut,
Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien,
5.      Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja
6.      Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi - fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan ( return on investment ) yang sebaik mungkin dan  total biaya yang terendah.

Fungsi Pemeliharaan (maintenance)
Apakah maksud pemeliharaan. Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.

Jenis-jenis Maintenance

Secara garis besar perawatan (Maintenance) dapat dikelompokan menjadi dua jenis yakni perawatan yang terencana maupun yang tidak terencana, Oleh karena itu agar dapat lebih jelas dan mudah memhami perbedaan dari kedua jenis tersebut dapat dilihat di bawaah ini :

1. Perawatan Terencana (Planned Maintenance) Dalam perawatan terencana suatuperalatan akan mendapat giliranperbaikan sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan sedemikian rupasehingga kerusakan besar dapatdihindari.. Perawatan terencana (planned maintenance) terbagi menjadi preventive maintenance dan corrective maintenance. 2. Perawatan Tidak Terencana (Unplanned Maintenance) Perawatan tidak terencana ini membahasmengenai perawatan darurat dimanaperawatan ini merupakan salah satu caraperawatan yang tidak direncanakansebelumnya sehingga biasanya hal inidilakukan saat mesin atau peralatantersebut mengalami kegagalan ataukerusakan yang tidak terduga dan harussegera diperbaiki untuk mencegah akibat yang lebihs eriuslagi. Salah satu contohperawatan tidak terencana adalah emergency maintenance. Emergency maintenance adalah pekerjaan perbaikan yang harus segera dilakukan karenaterjadikemacetan atau kerusakan yang tidakterduga.
Istilah-istilah Maintenance
·         Avalabality
Adalah Perioda waktu dimanaalat/fasilitas dalam keadaan siap untuk dipakai/dioperasikan
·         Downtime
Adalah Perioda waktu dimanaalat/fasilitas dalam keadaan tidak dapatdipakai/dioperasikan.
·         Breakdown
Adalah aktivitas maintenance (pemeliharaan) yang dilakukan sebagaireaksi atau tindakan segera yang menduduki prioritas utama untukmengembalikan kondisi peralatan ataumesin pada kondisi atau keadaan normal setelah mengalami kegagalan fungsi yang mengakibatkan peralatan tersebutberhenti beroperasi.
·         Overhaul
Adalah Pemeriksaan dan perbaikansecara menyeluruh terhadap suatufasilitas atau sebagian dari fasilitasmencapai standard yang di terima.
·         Maintainability
Adalah probabilitas pada kegagalan suatu item untuk dikembalikan kepada kondisiawal operasional.
·         Reliability
Adalah probabilitas suatu item untukbekerja secara normal untuk jangkawaktu operasional.
·         Mission time
Adalah waktu operasional suatu item.
·         Logistic time
Adalah Sebagian waktu downtime yang digunakan untuk menunggu spare
Part
·         Failure
Adalah ketidakmampuan suatu item untuk beroperasi.
·         Serviceability
adalah Tingkat kemudahan atau kesulitanpada item yang dapat dikembalikankekondisi kerjanya.
·         Redundancy
Adalah keberadaan lebih dari satu alatuntuk mencapai satu fungsi yang ditentukan.
·         Failure Mode
Adalah keadaan abnormal dari kinerjasuatu item yang menjadi pertimbanganpada item tersebut karena menyebabkankegagalan.
·         Useful life
Adalah Jarak waktu suatu item beroperasidan berproduksi.

·         Corrective Maintenance
·          adalah maintenance yang tidak terjadwaluntuk mengembalikan pada peformasemula.
·         Continuous task
Adalah Sebuah kegiatan yang melibatkan monitoring terhadap suatu item.
·         Active repair time
Adalah periode saat downtime saat manpower bekerja memperbaiki suatu item.
·         Inspection
Adalah observasi secara kualitatif darikondisi item.

Keuntungan – keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya departement Maintenance and Repair
1.      Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapatdipergunakan dalam jangka waktupanjang,
2.      Pelaksanaan proses produksidalam perusahaan yang bersangkutan berjalan denganlancar,
3.      Dapat menghindarkan diri ataudapat menekan sekecil mungkinterdapatnya kemungkinankerusakan-kerusakan berat darimesin dan peralatan produksiselama proses produksiberjalan,
4.      Peralatan produksi yang digunakandapat berjalan stabil danbaik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan denganbaik pula,
5.      Dapat dihindarkannya kerusakan kerusakan dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan
6.      Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik maka penyerapan bahan baku berjalan dengan normal
7.      Mencegah terjadinya kecelakaan – kecelakaan kerja yang disebabkan bukan karena adanya human errortetapi disebabkan karena adanya gangguan sistem ataupun komponen dari mesin yang menimbulkan bahaya bagi operator mesin
8.      Dengan kondisi mesin penunjang proses produksi yang prima tetntunya dapat menunjang kegiatan produksi perusahaan meningkat, meminimalisir adanya barang gagal yang  berdampak kepada perkembangan perusahaan itu sendiri kedepannya.

Senin, 06 November 2017

TUGAS FLOWCHART ROTI


TUGAS JURNAL

TUGAS SOFTSKILL GETARAN MEKANIK

Performa (2009) Vol. 8, No.2: 56-64
Hubungan Getaran Mekanik Terhadap Frekuensi Tekanan Pada Stump Dari 2 Model Prosthetic Atas Lutut

Lobes Herdiman1

Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Produk Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta



Abstrak
Siklus berjalan umum dibagi menjadi dua fase, pertama cara berdiri atau tahap menahan beban dan tahap mengayun. Tahap cara berdiri dimulai pada jari kaki diam dan berakhir pada kontak tumit. Kedua kaki secara simultan berkontak dengan permukaan jalan dengan kira-kira 25% siklus two-step lengkap, bagian dari siklus ini didesain sebagai fase double-support. Pada saat berjalan antara fase single support dan double support, maka timbul getaran mekanik terutama bagi pengguna prosthetic. Getaran mekanik ini muncul pada prosthetic kaki dan selanjutnya mempengaruhi tekanan pada stump dengan frekuensi tekanan secara terus menerus berulang.
Pengujian getaran mekanik pada prosthetic endoskeletal pada kecepatan 1,2 m/s2 untuk 28 detik/100 meter menunjukan mulai tidak stabil sampai dengan akhir jarak tempuh. Pada prosthetic eksoskeletal pada kecepatan 1,2 m/s2; 1,6 m/s2 dan 2,0 m/s2 sejak dari awal menunjukan sudah tidak stabil sampai dengan akhir dari jarak tempuh. Perulangan tekanan pada otot stump berdasarkan lamanya waktu tekanan terhadap frekuensi tekanan, frekuensi 100 Hz meskipun terjadi perulangan tekanan, tetap memberikan dampak rasa nyaman pada stump.
Keywords : Prosthetics atas lutut, getaran mekanik, muscle nerve pada stump



1.    Pendahuluan

Daya penggerak manusia melibatkan perubahan beberapa urutan gerakan yang terkendali dan gerakan angular yang terkoordinasi, menghasilkan kerjasama simultan dari beragam gerakan ekstrim, menjadi sebuah gerakan halus untuk pusat gravitasi tubuh. Ada dua fase penting dalam gerakan jalan yaitu fase berdiri (stance phase) dan fase mengayun (swing phase). Kaki berada pada fase berdiri saat kaki menapak atau bersinggungan dengan lantai, sedangkan kaki berada pada fase mengayun adalah pada saat kaki tidak bersinggungan dengan lantai. Pada fase ini berat badan ditransfer ke 2 kaki. Fase ini relatif sebentar dibandingkan fase yang lain. Perbandingan relatif untuk fase berdiri, mengayun, double support adalah 60%, 40% dan 20%.
Pada saat kaki berjalan dimana kaki mengalami proses menapak, mengayun, mengarahkan dan menapak. Langkah gerakan berjalan ini terutama sangat dirasakan bagi pengguna prosthetic kaki. Akibat dari gaya yang ditimbulkan pada saat berjalan mempengaruhi gaya yang bekerja fase single support dan fase double support untuk kaki normal (kaki yang tidak cacat) dan kaki prosthetic (kaki yang cacat), sehingga segmen tubuh di sendi ankle dan sendi hip harus senantiasa dipertahankan kerjasama yang simultan. Kondisi ini menuntut titik tumpuan dari persendian segmen tubuh di sendi knee untuk menjaga keseimbangan antara kaki normal dengan kaki prosthetic. Kondisi lain sudut pada prosthetic kaki masih belum menunjukkan kemampuan untuk dikendalikan dalam berjalan.



1 Correspondence : lobesh@gmail.com


Pengaruh belum adanya kemampuan untuk dikendalikan pada saat berjalan, maka timbul getaran mekanik pada prosthetic kaki terhadap stump dengan frekuensi tekanan secara terus menerus berulang pada saat penguna berjalan. Tekanan yang berulang pada stump menimbulkan efek dari beban inersial dari permukaan muscle antara residual limb dan trans-tibial prosthetic ini.

2.    Metode Penelitian

Pembahasan hubungan getaran  mekanik  terhadap  frekuensi  tekanan  pada  stump  dari 2 model prosthetic atas lutut dapat diuraikan pada gambar 1 dibawah ini.



Gambar 1. Metodologi penelitian
Getaran didefinisikan sebagai gerak osilasi dari sistem mekanik di sekitar titik atau posisi seimbang. Getaran terjadi karena adanya gaya yang berulang. Getaran sangat tidak diinginkan karena mengangu kenyamanan bahkan merusak kualitas kontruksi alat. Meredam getaran pada dasarnya dapat dilakukan dengan meminimalkan gaya-gaya eksistansi akan tetapi dapat juga dilakukan dengan memasang sistem peredam. Mesin dengan ukuran kecil dengan daya kurang dari sama dengan suplay daya 15 Kw, dikategorikan aman pada getaran pada nilai 0 mm/s sampai dengan 0,71 mm/s. Pada nilai 0,72 mm/s sampai dengan 4,5 mm/s getaran pada mesin ini sudah digolongkan pada level II dan III dan diperlukan perbaikan. Getaran di atas 4,5 mm/s pada mesin ini sudah dikategorikan berbahaya dan perlu penanganan segera.
Tabel 1. Getaran pada mesin 15 Kw (Vibration meter ISO 2372)
Good
0 to 0,71 mm/s
Acceptable
0,72 to 1,80 mm/s
Still permissible
1,81 to 4,5 mm/s
Dangerous
> 4,5 mm/s
Pengukuran muscle nerve pada stump pengguna prosthetic dilakukan untuk mengetahui frekuensi tekanan yang masuk ke stump pada saat berjalan normal. Pengguna prosthetic berjalan, stump didudukan pada socket sedemikan sehingga menjadikan stump mengalami tekanan dari socket. Lambat laun tekanan socket terhadap stump ini juga menimbulkan truama baru, baik pengecilan pada bidang stump atau pembesaran pada bidang stump. Stimulator muscle nerve membantu untuk mengukur frekuensi tekanan pada stump, sehingga diketahui berapa besar tekanan bidang otot yang masih dapat ditoleransi oleh stump.


3.    Hasil Penelitian

Hubungan getaran mekanik terhadap frekuensi tekanan pada stump dari 2 model prosthetic atas lutut dengan cara mengujikan langsung pada pengguna prosthetic yang meliputi mengkaji pengaruh getaran mekanik pada saat berjalan, dan mengkaji muscle nerve pada stump dari pengguna prosthetic atas lutut secara berulang-ulang pada saat berjalan.

a.    Pengaruh getaran mekanik pada saat berjalan.

Pengujian getaran mekanik pada model prosthetic kaki atas lutut dari endoskeletal dan eksoskeletal, dilakukan untuk mengukur seberapa besar getaran yang ditimbulkan oleh ke dua jenis prosthetic ini saat berjalan. Pengukuran getaran mekanis dengan cara mengekuivalenkan pada standar getaran mesin sebesar 15 Kw.







Gambar 2. Pengujian getaran mekanik pada ke dua model prosthetic
Pengukuran getaran mekanik dilaksanakan per 100 meter dengan berbagai variasi kecepatan mulai dari 1,2 m/s2, 1,6 m/s2 dan 2,0 m/s2 pada running belt, sedangkan waktu terlama yang diperlukan selama 30,5 detik. Pembahasan lebih lanjut getaran mekanik pada ke dua prosthetic kaki diuraikan penjelasannya seperti dibawah ini.

1)    Getaran mekanik pada model prosthetic endoskeletal,

Pengujian pertama dilakukan pada kecepatan 1,2 m/s2 dengan jarak tempuh sejauh
100 meter dengan lamanya waktu tempuh selama 30,5 detik, pengujian ke dua pada kecepatan 1,6 m/s2 dengan lamanya waktu tempuh selama 22,5 detik, dan pengujian ke tiga pada kecepatan 2,0 m/s2 dengan lamanya waktu tempuh selama 18,0 detik. Hasil dari pengujian getaran ini selanjutnya di buat grafik getaran mekanis, agar dapat disimpulkan sejauhmana memberikan kenyamanan bagi pengguna dengan kecilnya getaran mekanik yang diterima oleh prosthetic kaki dan juga dapat terlihat kestabilan prosthetic atas getaran pada berbagai kecepatan.
No.
Waktu (detik)
Kecepatan Pada
Running Belt (m/s²)
1,2
1,6
2,0
22
11,0
0,5
1,3
2,0
23
11,5
0,5
1,4
2,3
24
12,0
0,7
1,4
1,3
25
12,5
0,5
1,6
1,4
26
13,0
0,6
1,1
2,0
27
13,5
0,5
1,4
2,0
28
14,0
0,6
1,7
1,4
29
14,5
0,5
1,5
1,3
30
15,0
0,4
1,4
2,1
 
No.
Waktu (detik)
Kecepatan Pada
Running Belt (m/s²)
1,2
1,6
2,0
42
21,0
0,7
1,4
43
21,5
1,1
1,3
44
22,0
0,7
1,5
45
22,5
0,8
1,2
46
23,0
0,9
47
23,5
1,1
48
24,0
0,5
49
24,5
0,7
50
25,0
1,1
 
No.
Waktu (detik)
Kecepatan Pada
Running Belt (m/s²)
1,2
1,6
2,0
1
0,5
0,6
1,1
1,4
2
1,0
0,3
2,2
1,3
3
1,5
0,6
1,7
1,3
4
2,0
0,4
1,2
1,5
5
2,5
0,6
1,2
1,7
6
3,0
0,4
1,0
1,5
7
3,5
0,5
1,6
1,5
8
4,0
0,6
2,0
1,7
9
4,5
0,5
1,6
1,2
 
Tabel 1. Getaran mekanik pada model prosthetic endoskeletal







Text Box: No. Waktu (detik) Kecepatan Pada
Running Belt (m/s²)  
No. Waktu (detik) Kecepatan Pada
Running Belt (m/s²)
  1,2 1,6 2,0    1,2 1,6 2,0
10 5,0 0,6 1,5 1,3  31 15,5 0,5 1,2 1,5
11 5,5 0,5 0,9 2,0  32 16,0 0,5 2,2 2,0
12 6,0 0,5 0,9 2,5  33 16,5 1,0 1,0 2,3
13 6,5 0,4 1,2 1,8  34 17,0 0,5 1,7 1,8
14 7,0 0,6 1,5 1,5  35 17,5 0,4 1,6 1,9
15 7,5 0,6 1,6 1,5  36 18,0 0,5 2,3 2,1
16 8,0 0,5 1,7 1,3  37 18,5 0,5 1,1 
17 8,5 0,6 1,0 1,7  38 19,0 1,1 1,2 
18 9,0 0,5 1,3 2,0  39 19,5 1,0 1,3 
19 9,5 0,7 1,7 1,8  40 20,0 0,7 1,2 
20 10,0 0,5 1,3 2,3  41 20,5 1,3 1,7 
21 10,5 0,6 1,2 1,8
Text Box: No. Waktu (detik) Kecepatan Pada
Running Belt (m/s²)
  1,2 1,6 2,0
51 25,5 1,0  
52 26,0 0,8  
53 26,5 0,7  
54 27,0 1,4  
55 27,5 1,4  
56 28,0 0,8  
57 28,5 1,0  
58 29,0 0,8  
59 29,5 1,1  
60 30,0 1,0  
61 30,5 0,4


Lanjutan Tabel 1.
Setelah proses pencatatan dari data getaran mekanik yang terukur pada tabel 1 di atas, selanjutnya dibuat grafik agar dapat diperoleh kesimpulan mengenai getaran mekanik yang terjadi pada prosthetic endoskeletal pada jarak 100 meter berjalan normal.



Gambar 3. Grafik getaran mekanik pada model prosthetic endoskeletal
Karakteristik getaran mekanik yang terjadi pada prosthetic endoskeletal menunjukan pada kecepatan 1,2 m/s2 untuk 28 detik/100 meter mulai tidak stabil sampai dengan akhir jarak tempuh. Sedangkan kecepatan 1,6 m/s2 dan 2,0 m/s2 mulai dari awal menunjukan kurang stabil sampai dengan akhir jarak tempuh.

2)   Getaran mekanik pada model prosthetic eksoskeletal,

Pengujian  pertama  dilakukan  pada  kecepatan  1,2  m/s2  dengan  jarak  tempuh  sejauh
100 meter dengan lamanya waktu tempuh selama 30,5 detik, pengujian ke dua pada kecepatan 1,6 m/s2 dengan lamanya waktu tempuh selama 22,5 detik, dan pengujian ke tiga pada  kecepatan  2,0  m/s2  dengan  lamanya  waktu  tempuh  selama  18,0  detik.  Hasil  dari


pengujian getaran ini selanjutnya di buat grafik getaran mekanis, agar dapat disimpulkan sejauhmana memberikan kenyamanan bagi pengguna.
No.
Waktu (detik)
Kecepatan Pada
Running Belt (m/s²)
1,2
1,6
2,0
22
11,0
1,4
1,4
1,1
23
11,5
1,2
1,5
1,1
24
12,0
2,0
1,3
1,3
25
12,5
2,9
1,6
1,0
26
13,0
1,7
1,4
1,4
27
13,5
1,0
1,2
1,3
28
14,0
1,1
1,1
1,1
29
14,5
1,2
1,5
1,3
30
15,0
1,7
1,4
1,3
31
15,5
1,3
1,4
1,3
32
16,0
1,7
1,3
1,2
33
16,5
1,4
1,8
1,1
34
17,0
1,1
1,4
1,4
35
17,5
1,4
1,7
1,3
36
18,0
1,3
1,4
1,1
37
18,5
1,5
1,5
38
19,0
1,4
1,5
39
19,5
1,2
1,7
40
20,0
1,0
1,5
41
20,5
1,2
1,3
 
No.
Waktu (detik)
Kecepatan Pada
Running Belt (m/s²)
1,2
1,6
2,0
42
21,0
1,0
1,6
43
21,5
1,7
2,0
44
22,0
1,7
1,5
45
22,5
1,2
1,4
46
23,0
1,2
1,5
47
23,5
0,9
48
24,0
1,2
49
24,5
1,3
50
25,0
1,5
51
25,5
1,1
52
26,0
1,3
53
26,5
1,2
54
27,0
1,6
55
27,5
0,9
56
28,0
1,2
57
28,5
1,2
58
29,0
1,1
59
29,5
1,0
60
30,0
1,0
61
30,5
1,2
 
No.
Waktu (detik)
Kecepatan Pada
Running Belt (m/s²)
1,2
1,6
2,0
1
0,5
0,4
1,1
1,1
2
1,0
0,6
1,3
1,1
3
1,5
0,8
1,3
1,0
4
2,0
2,4
1,3
1,1
5
2,5
1,5
1,5
1,0
6
3,0
1,2
1,7
0,9
7
3,5
1,6
1,5
1,3
8
4,0
1,3
1,7
1,0
9
4,5
1,3
1,5
1,3
10
5,0
1,5
1,2
1,2
11
5,5
1,6
1,5
1,2
12
6,0
2,5
1,5
1,5
13
6,5
2,7
1,4
1,3
14
7,0
1,9
1,4
1,3
15
7,5
1,8
1,5
1,2
16
8,0
1,9
1,3
1,2
17
8,5
2,0
1,3
1,3
18
9,0
1,2
1,3
1,2
19
9,5
1,6
1,3
1,2
20
10,0
2,8
1,4
1,0
21
10,5
2,7
1,5
1,3
 
Tabel 2. Getaran mekanik pada model prosthetic eksoskeletal
Setelah proses pencatatan dari data getaran mekanik yang terukur pada tabel 2 di atas, selanjutnya dibuat grafik agar dapat diperoleh kesimpulan mengenai getaran mekanik yang terjadi pada prosthetic eksoskeletal pada jarak 100 meter berjalan normal. Karakteristik getaran mekanik   yang   terjadi   pada    prosthetic    eksoskeletal    menunjukan    pada    kecepatan   1,2 m/s2, 1,6 m/s2 dan 2,0 m/s2 mulai dari awal sudah tidak stabil sampai dengan akhir jarak tempuh. Getaran yang terima prosthetic eksoskeletal dengan sistem joint prosthetic yang bersifat rigid, sehingga menimbulkan dampak pada getaran mekanik cenderung tinggi. Rancangan atas desain prosthetic tidak mempertimbangkan getaran yang ditimbulkan pada saat menapak pada permukaan tanah dan ditambah adanya perlakuan kecepatan terhadap masing- masing jarak tempuh. Sehingga perlu adanya bahan prosthetic atau mekanisme prosthetic yang berfungsi sebagai peredam getaran mekanis yang ditimbulkan pada saat berjalan normal.


Gambar 4. Grafik getaran mekanik pada model prosthetic eksoskeletal
Dapat dilihat dari gambar 4 untuk prosthetic eksoskeletal kurang merekomendasikan untuk beberapa kecepatan dan digunakan untuk jalan lebih baik, hal ini terlihat dari grafik getaran yang ditimbulkan cukup tinggi dan kurang memberikan kestabilan pada saat berjalan.

b.    Pengaruh muscle nerve pada stump saat berjalan.

Pengukuran tekanan pada  stump  dibagi  menjadi  tekanan  dengan  frekuensi  50  Hz, 100 Hz dan 250 Hz. Tekanan pada stump dilakukan untuk mengetahui stimulan muscle nerve pada otot yang menerima tekanan yang berulang-ulang. Perulangan tekanan pada otot stump berdasarkan lamanya waktu tekanan.



Gambar 5. Pengukuran pada tekanan muscle nerve pada stump
Pengukuran pada tekanan stump dilakukan dengan cara pengguna jalan normal pada running belt dengan kecepatan rendah sekitar 1,2 km/jam selama 6 menit pengamatan dengan dwell time atau penjedaan waktu tekanan pada stump selama 30 detik. Sedangkan, data pengukuran merupakan data hasil waktu dari intensitas 10 denyut nadi per satuan waktu dan dapat dijelaskan seperti dibawah ini.


·      Tekanan dengan frekuensi 50 Hz,

Hasil dari frekuensi tekanan pada stump dengan frekuensi 50 Hz saat berjalan normal menunjukan grafik sinus setinggi 5 m/s, artinya tekanan stump pada posisi socket sedikit longgar dengan intensitas tekanan rendah.








Gambar 6. Gelombang sinus pada osiloscope dengan frekuensi 50 Hz

·      Tekanan dengan frekuensi 100 Hz,

Hasil dari frekuensi tekanan pada stump dengan frekuensi 100 Hz saat berjalan normal menunjukan grafik sinus setinggi 9 m/s, artinya tekanan stump pada posisi socket lebih ketat dengan intensitas tekanan tinggi.








Gambar 7. Gelombang sinus pada osiloscope dengan frekuensi 100 Hz

·      Tekanan dengan frekuensi 250 Hz,

Hasil dari frekuensi tekanan pada stump dengan frekuensi 250 Hz saat berjalan normal menunjukan grafik sinus setinggi 3 m/s, artinya tekanan stump pada posisi socket lebih ketat dengan intensitas tekanan lebih tinggi.








Gambar 8. Gelombang sinus pada osiloscop dengan frekuensi 250 Hz
Tiap-tiap tekanan pada stump dicatat waktu tekanan melalui denyut nadi tangan pengguna prosthetic berdasarkan 10 denyut per satuan waktu, hasilnya dicatat dan ditabulasikan seperti pada tabel 3 dibawah ini.


No.
Frequency
50 hz
100 hz
250 hz
17
4,23
6,09
8,25
18
5,35
6,25
7,22
19
4,67
5,41
7,00
20
5,62
6,15
7,72
21
6,34
6,18
7,69
22
5,26
6,56
8,12
23
4,86
6,23
8,32
24
5,21
6,22
8,45
25
4,28
6,58
8,23
26
5,42
6,36
7,86
27
5,36
5,82
7,89
28
6,12
6,61
7,58
29
5,89
6,42
7,23
30
5,72
5,76
6,28
Rata2:
5,61
6,20
7,38
 
No.
Frequency
50 hz
100 hz
250 hz
1
4,31
5,72
8,48
2
5,84
5,63
7,43
3
6,16
6,21
5,91
4
6,66
6,75
8,00
5
5,91
6,00
8,06
6
5,72
5,60
7,35
7
4,99
5,66
5,62
8
6,50
6,00
5,87
9
6,40
6,13
6,40
10
5,69
6,79
6,18
11
6,00
6,56
5,62
12
5,75
6,81
7,50
13
5,78
6,21
7,53
14
6,03
6,15
7,25
15
6,00
6,56
8,25
16
6,28
6,43
8,06
 
Tabel 3. Pengukuran muscle nerve pada denyut nadi pengguna prosthetic



Hasil dari frekuensi tekanan pada stump dengan waktu yang tercatat ditabulasikan dan selanjutnya digrafikan yang hasilnya dapat dilihat pada gambar 9 dibawah ini.
Gambar 9. Grafik muscle nerve pada stump
Gambar 9 menjelaskan frekuensi tekanan stump sebesar 50 Hz menunjukan bilamana terjadi perulangan tekanan, memberikan dampak rasa nyeri pada stump. Sebaliknya, frekuensi sebesar 100 Hz menunjukan bilamana terjadi perulangan tekanan, memberikan dampak rasa nyaman pada stump. Sedangkan, frekuensi sebesar 250 Hz menunjukan bilamana terjadi perulangan tekanan, memberikan dampak rasa terjepit pada stump yang muncul pada periode waktu tertentu.
Hasil simulasi kondisi pada friction atau slip boundary antara stump dan socket, secara langsung kontak permukaan ke permukaaan yang digunakan. Prediksi hasil yang menunjukan bahwa tekanan permukaan yang diterima dan tegangan geser serupa dengan bentuk gelombang double-peak pada fase stance.


Gambar 10. Bidang tekanan pada socket dalam 1 siklus gerakan berjalan

4.    Kesimpulan

Getaran mekanik yang terjadi pada prosthetic endoskeletal pada kecepatan 1,2 m/s2 untuk
28 detik/100 meter menunjukan mulai tidak stabil sampai dengan akhir jarak tempuh. Sedangkan kecepatan 1,6 m/s2 dan 2,0 m/s2 dari sejak awal menunjukan sudah tidak stabil sampai dengan akhir jarak tempuh. Sedangkan pada  prosthetic eksoskeletal pada kecepatan   1,2 m/s2; 1,6 m/s2 dan 2,0 m/s2 sejak dari awal menunjukan sudah tidak stabil sampai dengan akhir dari jarak tempuh.
Perulangan tekanan pada otot stump berdasarkan lamanya waktu tekanan terhadap frekuensi tekanan, frekuensi 250 Hz saat berjalan normal menunjukan grafik sinus setinggi        8 m/s, artinya tekanan stump pada posisi socket lebih ketat dengan intensitas tekanan lebih tinggi. Pada saat tekanan dengan frekuensi sebesar 100 Hz meskipun terjadi perulangan tekanan, tetap memberikan dampak rasa nyaman pada stump.

Daftar Pustaka

Andrian, M. and Cooper, J.M. (1985), Biomechanics of Human Movement, Brown and Bencmark, Iowa.
Craik R.L. and Oatis C.A. (1995), Gait Analysis: Theory and Application. Mosby Company, Toronto.
Kimara, J. (1983), Electrodiagnosis Diseases For Nerve And Muscle. Printed in the United States of America, F.A. Davis/ Philadelphia, Chief Division of Clinical Electrophysiology Department of Neurology The University of IOWA College of Medicine IOWA City, IOWA.
Winter, D.A. (1990), Biomechanics And Motor Control Of Human Movement. 2nd ed., A Wiley Interscience Publication John Wiley & Sons Inc., Printed in the United States of America, New York.
Xiaohong, J., Ming, Z., and Winson C.C.L. (2003), Orthotics and Prosthetics National Office Outcomes Tool (OPOT): Initial Reliability and Validity Assessment for Lower Extremity Prosthetics, Journal Biomechanics Vol. 42, No. 8.
Xiaohong, J., Ming, Z., and Winson C.C.L, (2003), Load Transfer Mechanics Between Trans- Tibial Prosthetic Socket and Residual Limb-Dynamic Effects, Journal of Biomechanics, Vol. 37, No. 9, pp:1371-1377.

Yark, H.J., Nielsen, D.H., and Shurr, D.G. (1997), Kinetic Patterns During Stair Ascent in Patients with Transtibial Amputations Using Three Different Prostheses, Journal Of Rehabilitation Research And Development Vol. 32, No. 8.



SUMBER     
 
 : http://utusanmamah.blogspot.co.id/2017/11/tugas-softskill-getaran-mekanik.html